Nutraceuticals yang paling banyak digunakan adalah
glukosamin dan kondroitin.1 Kedua jenis nutraceutical ini tidak termasuk dalam fornas.2,3 Glukosamin adalah gula amino dan
prekursor penting dalam sintesis biokimia dari protein glikosilasi, termasuk
glikosaminoglikan. Kondroitin sulfat adalah sulfated
glycosaminoglycan (GAG) dimer, yang dapat dipolimerisasi dengan chain of alternating sugars (N-acetyl-galactosamine and glucuronic acid)
ditemukan menempel pada protein sebagai bagian dari proteoglikan. Hal ini
membuat hipotesis bahwa ketersediaan substrat (glukosamin dan/atau kondroitin
sulfat) menjadi faktor pembatas dalam sintesis komponen GAG dari tulang rawan,
sehingga menjadi alasan suplementasi oral senyawa ini pada pasien osteoarthritis.1
Peran yang tepat
dengan glukosamin, kondroitin, atau kombinasi dari kedua produk ini masih belum
jelas. Kedua agen memiliki khasiat dalam mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
mobilitas, dan bahwa glukosamin mengurangi penyempitan ruang sendi. Survei lain
menunjukkan bahwa penggantian sendi lower
limb, dua kali lipat lebih tinggi pada subyek yang diberikan plasebo,
dibandingkan dengan subyek yang diberikan glukosamin.4 Namun, NICE mencatat bahwa bukti menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan klinis
penting antara kondroitin dan plasebo pada WOMAC pain, stiffness atau function
pada titik waktu lebih dari 3 bulan meskipun data outcome jangka pendek dengan kualitas rendah menunjukkan efikasi
dibandingkan dengan plasebo pada <13 minggu. Hal ini menyebabkan tidak
direkomendasikannya glukosamin untuk osteoarthritis. NICE juga menyadari meta analysis5 yang membandingkan glukosamin,
kondroitin, dan kombinasi mereka dengan plasebo serta menunjukkan bahwa tidak
ada pengurangan nyeri sendi atau berdampak pada penyempitan ruang sendi. Namun,
karena agen ini relatif aman, mungkin wajar dalam pasien mem-pertimbangkan
alternatif untuk pengobatan OA tradisional. Efek samping terkait glukosamin
umumnya ringan dan termasuk gejala gastrointestinal (gas, kembung, kram).4
Daftar Pustaka
1. NICE. Osteoarthritis Care and Management in
Adults. London: National Institute for Health and Care Excellence; 2014.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328/Menkes/SK/IX/2013 tentang Formularium
Nasional. 2013.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159/Menkes/SK/V/2014 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 328/Menkes/SK/IX/2013 tentang
Formularium Nasional. 2014.
4. Dipiro J, Talbert R, Yee G, Matzke G, Wells B,
Posey L. Pharmacotherapy: Pathophysiologic Approach. 7 Ed. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2008.
5. Wandel S, Jüni P, Tendal B, Nüesch E, Villiger
PM, Welton NJ, et al. Effects of glucosamine, chondroitin, or placebo in
patients with osteoarthritis of hip or knee: network meta-analysis. BMJ. 2010
Jan;341:c4675.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar