Minum
obat bukan merupakan suatu yang asing bagi kita semua. Setiap orang pasti
pernah minum obat atau vitamin. Lalu di apotek, sering juga disampaikan
mengenai aturan minum obat, bisa sebelum atau sesudah makan. Sering dari kita
mungkin mengabaikan aturan minum obat tersebut, padahal aturan minum obat
tersebut memegang peranan penting dalam tercapainya efek obat pada tubuh kita.
Makanan dan kandungan di dalamnya dapat memiliki efek yang signifikan pada
jumlah obat yang dapat diserap tubuh dan juga kecepatan obat tersebut diserap
oleh tubuh. Lalu, sebaiknya kapan suatu obat diminum? Apakah sesudah makan?
Atau sebelum makan? Lalu apa alasannya? Yuk disimak artikel berikut!
Dengan
memahami efek makanan pada obat dapat membantu kita untuk menentukan aturan
minum obat. Pada umumnya pemberian obat bersamaan dengan makanan akan
menghambat penyerapan obat. Namun, karakteristik makanan yang berbeda akan
memberikan efek yang berbeda terhadap penyerapan obat. Jadi, tidak semua
makanan menghambat penyerapan obat, tapi ada pula yang mempercepat penyerapan
obat. Lalu, apa saja faktor-faktor yang
menentukan aturan minum obat tersebut, ayo kita lanjutkan membaca penjelasan
berikut!
1.
Makanan
dapat mempercepat atau memperlambat kecepatan penyerapan obat
Terdapat
jenis makanan yang dapat memperlambat waktu pengosongan lambung. Waktu
pengosongan lambung dapat kita asumsikan sebagai lama waktu suatu makanan di
cerna di lambung. Akibat pengosongan lambung yang lama, dapat menyebabkan
terhambatnya penyerapan obat. Makanan jenis ini biasanya berupa makanan yang
kaya lemak. Karena waktu pengosongan lambung lama, maka waktu obat mencapai
usus juga semakin lama sehingga kecepatan penyerapannya lama. Akibatnya,
pemberian obat pada kondisi perut kosong sering direkomendasikan ketika suatu
obat membutuhkan penyerapan yang cepat atau membutuhkan efek yang cepat. Untuk
kebanyakan obat, terutama yang digunakan untuk kondisi kronis, terlambatnya
penyerapan obat tidak menimbulkan konsekuensi klinis selama jumlah obat yang
diserap tidak terpengaruh
2.
Makanan
dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah obat yang diserap
Makanan
tidak hanya berpotensi meningkatkan umlah obat yang diserap, namun juga dapat
menurunkan jumlah obat yang diserap.
Pengetahuan mengenai interaksi obat dan makanan akan menentukan
bagaimana aturan minum suatu obat (baik waktunya maupun makanan yang boleh
dimakan).
Efek
dari makanan terhadap obat tergantung dari sifat obat tersebut. Contohnya obat antivirus saquinavir, harus
diberikan dengan makanan untuk memberikan peningkatan empedu untuk
pelarutannya. Apabila diberikan saat perut kosong, akan menyebabkan penurunan
jumlah obat yang diserap, sehingga menimbulkan kegagalan dalam pengobatan.
3.
Adanya
interaksi antara obat dengan makanan
Beberapa
obat dapat berinteraksi dengan makanan, misalnya vitamin K dengan warfarin, jus
anggur dengan siklosporin, sehingga pemberiannya perlu mendapatkan perhatian.
Pada orang yang memperoleh warfarin, pemberian
makanan yang mengandung vitamin K harus dalam jumlah yang relatif konsisten
setiap harinya. Hal ini bertujuan menghindari risiko perdarahan pada pasien ataupun
pembekuan darah yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh fungsi warfarin yaitu mengencerkan
darah pada orang dengan risiko penggumpalan darah, sedangkan vitamin K memiliki
fungsi sebaliknya (yaitu meningkatkan faktor pembekuan darah).
Jus
anggur dan siklosporin jika diberikan bersamaan dapat menyebabkan over dosis
pada pasien. Mengapa bisa seperti itu? Hal ini disebabkan jus anggur
menyebabkan penghambatan pada enzim (zat yang mempercepat metabolisme zat/obat)
yang memetabolisme siklosporin. Kemudian, siklosporin tetap beredar dalam darah
dengan jumlah yang banyak atau berlebihan, sehingga menyebabkan keracunan pada
pasien yang mengkonsumsinya.
4.
Kepatuhan
pasien dalam mengkonsumsi obat
Pemberian
obat juga harus disesuaikan dengan rutinitas pasien (yang biasanya dipusatkan
sekitar waktu makan) dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat.
Sehingga direkomendasikan untuk minum obat dalam waktu yang konsisten relatif
terhadap waktu makannya, misalnya sebelum atau sesudah makan, dengan tetap memperhatikan
sifat obat tersebut.
5.
Menurunkan
efek iritasi terhadap saluran cerna, termasuk peradangan saluran cerna dan luka
(ulkus) di saluran cerna
Beberapa
obat seperi golongan NSAID (diklofenak, asam mefenamat, ibuprofen) dan
metformin diberikan bersama makanan atau beberapa saat setelah makan untuk
meminimalkan efek samping pada saluran cerna.
6.
Menghindari
efek obat yang tidak diinginkan
Beberapa
obat diabetes seperti Repaglinide dan golongan
sulfonilurea (glimepirid) diberikan sesaat sebelum makan untuk menghindari
risiko penurunan kadar gula darah yang drastis (hipoglikemia) yang dapat
berbahaya bagi pasien.
Nah, dengan mengetahui
efek makanan terhadap obat yang kita minum, tentu suatu pilihan yang bijak jika
kita meminum obat sesuai aturan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, khususnya
apoteker. Ayo, jangan lupa tanyakan aturan minum obat yang tepat pada apoteker
kepercayaan anda!
Daftar Pustaka
1. Mclachlan A,
Ramzan I, Pharmacy F. Meals and medicines. Aust Prescr. 2006;29(2):40–2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar