Bagi seorang tenaga kesehatan (termasuk apoteker), penggunaan jurnal ilmiah sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun, tidak semua jurnal ilmiah dapat digunakan untuk setting tertentu. Sebelum digunakan, kita perlu mengetahui kesesuaian informasi pada jurnal ilmiah dengan informasi yang kita inginkan. Untuk itu, diperlukan suatu penilaian terhadap jurnal ilmiah tersebut melalui critical appraisal. Critical appraisal untuk jenis artikel (RCT, cohort study, case control study) yang berbeda akan memiliki teknik yang berbeda pula. Berikut ini merupakan salah satu critical appraisal untuk penelitian case control.
Critical Appraisal of Case Control Study
Factors Associated With Treatment Success in Veterans with Diabetes and Hyperlipidemia: A Retrospective Study
(A) Are the results of the study valid?
Screening Questions
1.
Did the study
address a clearly focused issue? Yes
HINT: A
question can be focused in terms of
a. The population
studied
Penilitian ini
merupakan penelitian dengan analisis data sekunder, yaitu analisis datanya
menggunakan data penelitian RCT yang sebelumnya telah dilakukan oleh Ishani di
Minneapolis Veterans Affairs Health Care System dari September 2006 hingga
April 2008.1 Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian RCT tersebut. Populasi
dari penelitian case control ini adalah
275 pasien dari studi RCT sebelumnya, yang memiliki kadar kolesterol darah LDL
>100 mg/dL.
Pada studi RCT sebelumnya,
556 pasien diambil secara random untuk mendapatkan nurse management atau usual
care. Veteran yang terpilih pada studi RCT tersebut jika pasien memiliki
diagnosis diabetes dan setidaknya memiliki 1 dari baseline berikut: tekanan
darah >140/90 mmHg, HbA1c > 9,0%, atau LDL >100 mg/dL (Research Design and Method-Study Population,
p. 665). Kriteria eksklusi pada penelitian RCT tersebut (dilihat pada
artikel RCT) bahwa kriteria eksklusinya adalah pasien dengan ekspektasi hidup
kurang dari 1 tahun dan memiliki kondisi kesehatan mental yang parah atau
penyalahgunaan obat, sedang hamil atau akan berencana hamil, tinggal di
fasilitas hidup bantuan, atau tidak mampu untuk memberikan inform concent.1
b. The risk factors
studied
Faktor risiko yang ingin dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi
2, yaitu variabel yang merupakan baseline
variable dan study variable. Faktor
risiko yang dilihat dari baseline antara
lain coronary artery disease, cerebrovascular accident, congestive heart failure, on a statin, usia, body mass index, neuropathy,
dieting saat baseline, pernah di dirujuk ke dietician
sebelumnya, psychiatric disease, depresi,
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dan riwayat efek samping penggunaan statin. Sementara itu faktor
risiko yang merupakan study variable yang
ingin dilihat pada penelitian ini adalah declined
statin dan case management). Penelitian ini ingin melihat apakah
faktor-faktor tersebut di atas memiliki efek terhadap pencapaian goal LDL (<
100 mg/dL) (Result, p. 668).
c. Whether the study
tried to detect a beneficial or harmful effect?
Studi ini mencoba
melihat efek menguntungkan berupa pencapaian goal LDL (<100 mg/dL) (Purpose, p. 664).
2.
Did the authors use
an appropriate method to answer their question? Yes
HINT:
Consider
a. Is a case control
study an appropriate way of answering the question under the circumstances? (Is
the outcome rare or harmful)
Yes. Desain penelitian
ini sesuai untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Meskipun outcome yang
dihasilkan tidak jarang atau berbahaya, tetapi, penelitian observational (termasuk
case-control) sering digunakan untuk
menghasilkan hipotesis yang kemudian dapat dipelajari melalui kohort prospektif
atau studi lainnya. Hal ini dapat menjadi alasan peneliti memilih desain
penelitian case-control pada kasus
ini.
Desain penelitian case-control digunakan untuk melakukan
penelitian-penelitian terkait penyakit berbahaya dan angka kejadian yang jarang.
Untuk pasien dengan CHD atau dengan risiko CHD, dalam terapinya harus mencapai
goal LDL < 100 mg/dL.2 Kondisi ini bukan merupakan kondisi yang
berbahaya bagi pasien, melainkan merupakan kondisi yang diharapkan pada pasien.
Sehingga disimpulkan outcome yang
diteliti pada studi ini tidak berbahaya.
Kejadian pencapaian kadar LDL < 100 mg bukan merupakan kejadian
langka. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa dengan pemberian case management pada pasien DM selama 1
tahun mampu membuat pasien dengan kadar LDL > 100 mg/dL pada awal penelitian
untuk mencapai kadar LDL < 100 mg/dL pada akhir penelitian (40,9 vs. 27,7%, p
= 0,02). Di lihat dari penelitian tersebut, waktu pencapaian LDL < 100 mg/dL
juga tidak panjang (1 tahun).1
b. Did it address the
study question?
Yes. Penelitian ini
mampu menjawab study question yang
ditetapkan, yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian goal
LDL (<100 mg/dL). Dalam penelitian ini dilihat pengaruh beberapa faktor
risiko terhadap pencapaian kadar LDL < 100 mg/dL pada pasien DM. Berdasarkan
hasil penelitian ini, kemampuan pencapaian LDL < 100 mg pada pasien DM dapat
dipengaruhi oleh adanya coronary artery
disease (CAD), cerebrovascular
accident (CVA), congestive heart
failure (CHF), usia, declined statin, dan case management. Sedangkan faktor risiko
on statin, body mass index, neuropathy, dieting
at baseline, pernah di dirujuk ke dietician
sebelumnya, psychiatric disease, depression, PTSD, serta riwayat
mengalami efek samping penggunaan statin, tidak mempengaruhi kemampuan dalam
pencapaian kadar kolesterol LDL < 100 mg/dL (Result p. 668).
Is it
worth continuing? Yes
Detailed questions
3.
Were the cases
recruited in an acceptable way? No
HINT: We
are looking for selection bias which might compromise validity of the findings
a.
Are the cases defined precisely?
No. Kasus tidak
didefinisikan dengan jelas secara eksplisit. Apabila dilakukan analisa, karena
menggunakan data pada penelitian RCT sebelumnya, kasus-kasus yang diambil akan
mengikuti kriteria inklusi pada penelitian tersebut dan tidak mengikuti
kriteria eksklusinya.1 Dari sejumlah 556 pasien pada kasus RCT
tersebut, kasus adalah pasien yang memiliki LDL awal > 100 mg/dL dan pada
akhir studi RCT mencapai kadar LDL < 100 mg/dL. Pada studi case control ini disebutkan bahwa dilakukan
perbandingan variable yang diperoleh selama percobaan RCT antara kelompok yang
mampu mencapai LDL < 100 mg/dL dan yang tidak mencapai LDL < 100 mg/dL.
Sehingga disimpulkan bahwa pasien yang masuk ke dalam kelompok kasus adalah
pasien yang mencapai outcome yang diinginkan, yaitu LDL < 100 mg/dL (Method, P. 664).
b.
Were the cases representative of a defined population? (geographically
and/or temporally?)
Yes. Data yang diambil dalam penelitian ini mengacu pada data percobaan
RCT sebelumnya, dimana pada studi RCT tersebut sampel diambil berdasarkan database
dari Minneapolis Veterans Affairs Health Care System, yang berlokasi di Minneapolis.1
Pada penelitian RCT tersebut, sampel diambil secara acak setelah seleksi
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Sehingga kasus akan representatif
terhadap subyek penelitian pada RCT, bukan populasi pada Minneapolis Veterans
Affairs Health Care System.
Meskipun pada
penelitian RCT sebelumnya kasus diambil secara acak, tetapi pada penelitian case control ini, kasus diambil tidak
secara acak, melainkan diambil dari data RCT yang memenehi kriteria LDL <
100 mg/dL pada akhir penelitian RCT tersebut. Pembatasan pada kadar HbA1c dan
tekanan darah menyebabkan tidak representatifnya terhadap data populasi kota
Minneapolis, karena menginklusi pasien HbA1c > 9 dan tekanan darah >
140/90 mmHg (tidak mewakili semua pasien dengan LDL > 100 mg/dL). Selain
itu, pada kasus ini, sebagian besar pasien adalah laki-laki sehingga tidak
mewakili populasi secara keseluruhan (Discussion,
p. 669)
c.
Was there an established reliable system for selecting all the cases?
Yes. Pemilihan kasus bergantung pada data penelitian sebelumnya dan
pencapain LDL pasien. Semua pasien yang mencapai kadar LDL < 100 mg/dL pada
percobaan RCT tidak dipilih lagi, melainkan langsung dimasukkan ke dalam
kelompok kasus. Sedangkan sebelum tergolong ke kelompok kasus, pasien yang
diambil dipilih secara randomized dari data Minneapolis Veterans Affairs Health
Care System, dan studi RCT tersebut telah di approved oleh Minneapolis VA
Institutional Review Board (Research
Design and Method-Study population, p. 665), sehingga sistem pemilihan
kasus dapat dipercaya.
d. Are they incident
or prevalent?
Insiden. Kasus yang
diambil berdasarkan data RCT merupakan kasus insiden (kejadian baru). Hal ini
diketahui bahwa pasien yang tergolong kelompok kasus merupakan pasien yang
memiliki nilai LDL < 100 mg/dL baik setelah dilakukan penelitian RCT (baik
yang mendapat treatment case management maupun
usual care). Yang mana di awal
penelitian RCT, nilai LDL pasien masih > 100 mg/dL. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa yang diambil merupakan insiden penurunan kolesterol, yang
awalnya > 100 mg/dL dan dilihat pencapaiannya setelah studi RCT berakhir
(< 100 mg/dL atau > 100 mg/dL)
e. Is there something
special about the cases?
No. Tidak ada
sesuatu yang istimewa pada kasus ini
f.
Is the time frame of the study relevant to disease/exposure?
No. Waktu
diambilnya kasus dari RCT yang memberikan intervensi case management selama setahun terhadap pasien yang memiliki kadar LDL
> 100 mg/dL. Setelah satu tahun diberi perlakuan berupa case management atau usual
care, terdapat pasien yang berhasil mencapai goal LDL< 100 mg/dL, dan
yang tidak mencapai goal tersebut. Terdapat beberapa variable yang menjadi
exposure dalam penelitian ini. Pada penelitian RCT sebelumnya, pemberian case management yang dilakukan selama 1 tahun
mampu menimbulkan efek pencapaian LDL < 100 mg/dL yang berbeda signifikan
dibandingkan dengan kontrol usual care
(p =0,02). Hal ini menunjukkan exposure berupa case management memberikan rentang waktu yang sesuai untuk
pencapaian kadar LDL < 100 mg/dL. Untuk
variabel exposure lainnya, yaitu coronary
artery disease, cerebrovascular accident, congestive heart failure diidentifikasi
di awal penelitian RCT (saat LDL masih > 100 mg/dL)
Exposure on a statin, usia, dan body mass index, neuropathy,
psychiatric disease, depression, PTSD, dieting
at baseline, rujukan ke dietician sebelumnya,
memang didata saat awal penelitian, namun tidak diketahui berapa lama jangka
waktu terjadinya (bisa dalam rentang waktu yang panjang sebelum penelitian,
atau dalam rentang waktu yang dekat dengan penelitian. Karena tidak jelasnya
lama (durasi) waktu exposure beberapa parameter di atas pada, maka tidak dapat
diketahui apakah frame waktu yang digunakan sudah sesuai atau tidak.
g. Was there a
sufficient number of cases selected?
Yes. Jumlah kasus yang
digunakan dalam penelitian ini (effect/mampu mencapai goal LDL < 100 mg/dL) adalah
95 pasien (Research Design and Method-Statistical
Method, p. 665). Jumlah kasus yang dipilih tidak melibatkan seluruh
penduduk Miniapolis lewat data dari Minneapolis Veterans Affairs Health Care
System, karena terjadi proses sampling pada penelitian RCT. Tidak ada
perhitungan power calculation untuk menentukan kecukupan jumlah
kasus. Sehingga tidak dapat disimpulkan kecukupan jumlah kasus yang dipilih. Tetapi,
apabila kita melihat bahwa populasi dalam penelitian ini merupakan hasil
penelitian RCT sebelumnya, maka jumlah kasus yang digunakan meliputi semua pasien yang mampu mencapai LDL
< 100 mg/dL setelah percobaan RCT tersebut, sehingga jumlah kasus cukup
karena semua data pasien pada penelitian RCT sudah digunakan.
h. Was there a power
calculation?
No. Penelitin ini tidak menunjukkan perhitungan jumlah case dengan menggunakan power calculation.
4.
Were the controls
selected in an acceptable way? Yes
HINT: We
are looking for selection bias which might compromise the generalisibilty of
the findings
a. Were the controls
representative of defined population (geographically and/or temporally)?
Yes. Kontrol
berasal dari populasi yang sama dengan kelompok kasus (Method, p. 664). Dalam hal ini kontrol adalah pasien yang saat
baseline memiliki LDL > 100 mg/dL kemudian tidak mencapai nilai LDL < 100
mg/dL setelah intervensi case management
maupun usual care. Dalam hal exposure
berupa case management maupun declined statin, mungkin akan sedikit
lebih representatif terhadap populasi di Minneapolis Veteran Affair Healt Care System, tetapi untuk melihat dari
exposure selain yang ditetapkan pada studi RCT, pemilihan kontrol akan menjadi
tidak representatif terhadap populasi Minneapolis Veteran Affair Healt Care System. Selain itu karena populasi dalam
studi case control ini ditentukan
juga oleh sampling penelitian RCT yang dilakukan sebelumnya, maka terdapat
kemungkinan pasien dengan LDL > 100 mg/dL tidak diikutkan dalam penelitian
karena penelitian hanya mensyaratkan salah satu atau lebih dari parameter
tekanan darah > 140/90 mmHg, HbA1c > 9, ataupun LDL > 100 mg/dL.
Selain itu, pada kasus ini, sebagian besar pasien adalah laki-laki dengan
rata-rata usia 60 tahun-an sehingga tidak mewakili populasi secara keseluruhan (Discussion, p. 669).
Namun,
apabila yang kita lihat sebagai populasi merupakan pasien yang diikutkan pada
penelitian RCT saja, maka kontol yang digunakan akan representative terhadap
populasi, karena semua pasien yang
LDL-nya > 100 mg/dL dan setelah intervensi case management dan usual
care LDL-nya > 100 mg/dL dimasukkan sebagai kontrol.
b. Was there something
special about the controls?
Tidak.
c. Was the
non-response high? Could non-respondents be different in any way?
Penelitian ini menggunakan semua data pasien dengan kadar LDL awal >
100 mg/dL pada penelitian RCT sebelumnya, sehingga tidak ada non-response atau non respondent.
d. Are they matched,
population based or randomly selected?
Penelitian
ini tidak melalukan match. Penelitian
ini menggunakan population based karena
semua anggota populasi yang mengikuti penelitian RCT dimasukkan dalam
penelitian, begitu juga dengan kontrol, semua pasien yang mengikuti penelitian
RCT sebelumnya dengan LDL > 100 mg/dL di awal penelitian dan tetap > 100
mg/dL stetelah penelitian RCT, dimasukkan ke dalam kelompok kontrol (Research Design and Method-Study
population, p. 665; Research Design and Method -Statistical Method, p. 665-666).
e.
Was there a sufficient number of controls selected?
Yes. Jumlah
kontrolyang digunakan dalam penelitian ini (tidak mampu mencapai goal LDL <
100 mg/dL) adalah 180 pasien (Research
Design and Method-Statistical Method, p. 665). Jumlah kontrol yang dipilih
tidak melibatkan seluruh penduduk Miniapolis lewat data dari Minneapolis
Veterans Affairs Health Care System, karena terjadi proses sampling pada
penelitian RCT. Tetapi karena populasi dalam penelitian ini merupakan pasien
yang mengikuti penelitian RCT sebelumnya, dan semua pasien yang memenuhi
kriteria kontrol digunakan dalam penelitian, maka jumlah kontrol yang dipilih
sudah cukup (Research Design and Method-Study
population, p. 665).
5.
Was the exposure
accurately measured to minimise bias? No
HINT: We
are looking for measurement, recall or classification bias
a.
Was the exposure clearly defined and accurately measured?
No. Paparan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai variabel
seperti yang tercantum pada table berikut
(Result, p. 668):
Tidak semua exposure
didefiniskan dengan jelas. Exposure tersebut diambil dari data penelitian RCT
sebelumnya.1 Hanya dijelaskan bahwa data tersebut diperoleh melalui
pembagian kuesioner berdasarkan penelitian RCT sebelumnya. Pembagian kuesioner
dilakukan pada awal penelitian, beberapa parameter exposure yang ditanyakan
pada kuesioner seperti coronary artery
disease, history of stroke, peripheral vascular disease dan neuropathy, tetapi tidak dijelaskan
secara rinci (Research Design and
Method-Data collection, p. 665)
Penjelasan exposure
megenai psychiatric illness disebutkan
dalam pengumpulan data. Pasien dikatakan memiliki psychiatric illness jika diagnosis telah tercatat dalam sebelum
diikutkan dalam penelitian RCT sebelumnya. Pasien dengan significant
psychiatric illness dieksklusi (uncontrolled
depression, psychosis, atau schizophrenia).
Pasien decline terapi statin selama
waktu penelitian diidentifikasi dengan ulasan case manager dan catatan dokter (Research Design and Method-Data collection, p. 665)
Exposure lainnya
beberapa disebutkan seperti exposure case
management (mengacu pada RCT sebelumnya) tetapi tidak secara eksplisit
dalam artikel penelitian case control. Penjelasan mengenai exposure case management adalah sebagai berikut. Pasien
diacak dan untuk kelompok intervensi dipertemukan dengan perawat manajer kasus
yang ditugaskan untuk mereka, setelah kunjungan studi awal. Pasien, bekerja
sama dengan perawat studi, menyusun goal
untuk modifikasi gaya hidup (termasuk tujuan untuk menurunkan berat badan,
perubahan pola makan, aktivitas fisik, dan berhenti merokok yang sesuai) dan
mengembangkan rencana aksi pribadi. Peneliti pada studi RCT menyediakan alat
monitor tekanan darah di rumah yang tervalidasi dan petunjuk tentang
penggunaannya untuk semua pasien di kelompok intervensi. Manajer kasus meriview diabetes, tekanan darah, dan
obat lipid dan membuat penyesuaian terhadap obat tersebut berdasarkan protokol
yang disusun untuk studi (Supplementary
Data). Tujuannya adalah untuk manajer kasus untuk menghubungi pasien setiap
2 minggu pada awalnya dan untuk kontak frekuensi/rutin menurun karena pasien
mencapai goal tekanan darah dan
glukosanya di rumah. Selama kontak telepon manajer kasus melakukan ulasan
berikut: nilai self-monitoring
glukosa darah dan tekanan darah, kesulitan- kesulitan yang dialami dalam
mengukur glukosa darah atau tekanan darah di rumah, kemajuan pencapaian goal modifikasi gaya hidup, dan setiap adverse events yang terkait dengan
terapi. Manajer kasus studi ini juga membuat penyesuaian pada pengobatan pasien
berdasarkan protocol penelitian (Supplementary
Data). Peneliti pada kasus RCT ini mencatat penyedia primary care dari setiap perubahan
pengobatan menggunakan sistem rekam medis elektronik. Bagi penyedia di luar
sistem medis VA, peneliti mengirim surat untuk menginformasikan mereka tentang
perubahan pengobatan. Durasi studi adalah 12 bulan. Pada akhir penelitian, peneliti
meminta semua pasien kembali untuk kunjungan studi final. Pada kunjungan ini, dilakukan
peninjauan obat-obatan dan mengulangi pengukuran resmi terhadap tekanan darah
dan lipid puasa.1
Declined statin dijelaskan
bahwa declined statin terjadi pada
waktu tertentu selama studi RCT (berkisar antara 0-1 tahun). Definisi untuk
variable exposure lainnya, yaitu coronary
artery disease, cerebrovascular accident, congestive heart failure, on a
statin, usia, body mass index,
neuropathy, psychiatric disease, depression, PTSD, dieting at baseline, rujukan ke dietician,
riwayat efek samping statin tidak dijelaskan dalam artikel case control ini. Exposure on statin tidak dijelaskan jenis statin
serta dosis yang digunakan.1
b.
Did the authors use subjective or objective measurements?
Pengukuran terhadap exposure dilakukan ada yang menggunakan kuesioner,
sehingga dapat bersifat subyektif. Pengukuran menggunakan kuesioner dilakukan
untuk parameter exposure berikut:
coronary artery disease, history of stroke, peripheral vascular disease and
neuropathy. Untuk exposure lainnya, tidak dijelaskan (Research Design and Method-Data collection, p. 665).
c.
Do the measures truly reflect what they are supposed to measure? (Have
they been validated?)
No. Pengukuran terhadap exposure dilakukan ada yang menggunakan
kuesioner, terhadap artery disease, history of stroke, peripheral vascular
disease and neuropathy. Tidak
dijelaskan apakah telah dilakukan validasi pada kuesioner atau tidak. Parameter
exposure lainnya tidak didefinisikan dengan jelas dan tidak disebutkan metode
pengukurannya telah tervalidasi atau tidak (Research
Design and Method -Data collection, p. 665).
d.
Were the measurement methods similar in the cases and controls?
Yes. Beberapa pengumpulan data, seperti menggunakan kuesioner, dilakukan
dengan metode yang sama untuk kasus dan kontrol. Pengukuran exposure lainnya
tidak dijelaskan. Pada pengukuran outcome (pencapaian goal LDL < 100 mg/dL)
juga dilakukan hal yang sama antara case dengan
control (Research Design and Method -Data collection, p. 665).
e.
Did the study incorporate blinding where feasible?
No. Pada penelitian case control ini,
peneliti mengkaji data sekunder. Lagipula,
semua subyek penelitian yang digunakan pada RCT sebelumnya dan memenuhi
kriteria tetap dimasukkan ke dalam penelitian case control ini, sehingga bias akibat blinding dalam memilih case dan control tidak perlu diragukan.
f.
Is the temporal relation correct? (Does the exposure of interest precede
the outcome?)
Yes. Hal ini disebaban karena pengukuran kadar LDL tersebut dilakukan
setelah case management ataupun usual care (pada penelitian RCT
sebelumnya) sedangkan pengumpulan data-data faktor risiko pada penelitian RCT
dilakukan sebelum intervensi itu dilakukan, sehingga efek pencapaian LDL <
100 mg/dL benar-benar terjadi setelah semua exposure terukur (Research Design and Method-Data
collection, 665).
6.
(a) What confounding
factors have the authors accounted for?
HINT: List
the ones you think might be important, that the author missed (genetic, environmental,
socio-economic).
Selain
faktor-faktor yang disebutkan dalam karakteristik baseline, terdapat beberapa confounding factor yang mempengaruhi
dapat mempengaruhi hasil penelitian yang tidak diperhatikan oleh peneliti. Confounding factor yang dimaksud
diantaranya:
-
Jenis kelamin yang dapat
mempengaruhi pencapaian kadar LDL pada pasien. Apabila wanita dibandingkan
dengan pria, wanita memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mencapai goal
terapi LDL 100 mg/dL (73% vs 83%; p = 0,001) dan LDL cholesterol 70 mg/dl (31% vs 38%, p = 0,0001).
Tetapi, dalam analisis case control
artikel ini, menggunakan pasien yang sebagian besar adalah laki-laki, sehinnga
pengaruh jenis kelamin tidak dapat dikritisi. 3
-
Penyedia kesehatan
(provider kesehatan)
Karena melibatkan case management,
perbedaan antar atitude dan pengetahuan provider seharusnya tidak ada karena
case manager mengikuti algoritma terapi yang terprotokol, tetapi hal ini dapat
menjadi confounding factor yang
mengganggu hasil penelitian (Discussion,
p. 669).
-
Studi RCT yang
digunakan ini juga tidak menganalisis kepatuhan terhadap pengobatan. Alasan pasien untuk tidak melanjutkan atau
menolak pengobatan tidak didokumentasikan. Terdapat penelitian yang menganalisa
pengaruh kepatuhan terhadap pencapaian goal
LDL. Kepatuhan (adherence)
menggunakan statin dapat mempengaruhi pencapaian goal LDL. Nilai kepatuhan
dilihat dari skor MPR (merupakan persentase hari yang mana obat digunakan oleh
pasien). Pasien yang mempunyai skor MPR yang lebih tinggi pada pasien yang
mampu mencapai goal LDL dibandingkan pasien yang tidak mencapai goal LDL (0,82 vs. 0.61, P < 0,05).4
-
Tidak dilihat
status social subyek penelitian. Pada orang yang telah menikah lebih cenderung
untuk mampu mencapai goal LDL dibandingkan pasien yang belum menikah (p=0,001).5
-
Physical Fungtion berpengaruh
terhadap kadar LDL. Orang dengan Physical
fungtion yang lebih tinggi lebih cenderung untuk dapat mencapai goal LDL5,
akan tetapi pada artikel case control
ini tidak dibahas mengenai confounding factor ini.
-
Pada penelitian
ini, pengobatan lain untuk management lipid, meliputi niasin, colestipol, gemfibrozil,
fenofibrat, ezetimibe tidak diikutkan pada analisis data karena penggunaannya
yang tidak sering (Result, P.666). Hal
ini dapat menjadi confounding factor. Tidak
dijelaskan mengenai titrasi dosis statin atau penggantian/penambahan obat lain
ke dalam terapi. Terdapat original artikel yang menyebutkan bahwa pada pasien
dengan CHD/CHD risk-equivalent di US managed-care database, yang
menambahkan ezetimibe ke terapi simvastatin, atorvastatin, or rosuvastatin,
memiliki penurunan LDL yang lebih besar dan mampu mencapai goal terapi
dibandingkan pasien yang mentitrasi terapi statin.6
(b) Have
the authors taken account of the potential confounding factors in the design
and/or in their analysis? Ya
HINT: Look
for
a.
Restriction in
design, and techniques e.g. modelling stratified-, regression-, or sensitivity
analysis to correct, control or adjust for confounding factors
Dalam
penelitian ini, tidak dijelaskan confounding faktor yang diperhatikan oleh
peneliti secara eksplisit. Tetapi, dalam penelitian disebutkan peneliti
melakukan usaha untuk meminimalisasi
berbagai faktor pengganggu. Hal ini dilakukan
melalui multivariable logistic regression
dengan memasukkan semua parameter baseline yang berbeda signifikan, sehingga
dapat diketahui hubungan variable baseline dengan pencapaian goal LDL secara
bebas tanpa gangguan confounding factor (dilakukan
pada tahap analisis data). Tetapi
pada tahap desain penelitian, tidak dilakukan upaya terhadap adanya kemungkinan
gangguan confounding factor. Walaupun telah dilakukan upaya tersebut, tidak semua faktor yang kemungkinan menjadi confounding
factor diamati oleh peneliti dan hasil multivariable
logistic regression yang sudah
dilakukan tidak ditampilkan secara eksplisit.
7.
What are the
results of this study?
HINT:
Consider
a. What are the bottom
line results?
Bottom line dari hasil
penelitian ini adalah mampu untuk mencapai goal LDL < 100 mg/dL (Result, p.667).
b. Is the analysis
appropriate to the design?
Ya,
analisis dilakukan dengan melihat odd rasio (OR penyesuaian), dimana analisis menggunakan nilai OR sesuai untuk melihat seberapa
sering paparan pada kasus dibandingkan pada kontrol mengakibatkan pencapaian kadar LDL < 100 mg/dL. Karena yang diharapkan adalah efek
menguntungkan, maka nilai OR>1 menunjukkan bahwa pemberian exposure akan
berdampak lebih baik, sehingga nilai yang diinginkan adalah nilai OR > 1.
Dilakukan juga analisis statistik dengan nilai CI 95% serta nilai p, sehingga
diketahui nilai tersebut memang signifikan menyebabkan pencapaian kadar LDL
< 100 mg/dL (Result, p. 668).
c. How strong is the
association between exposure and outcome (look at the odds ratio)?
Berikut merupkan
hubungan antara masing-masing exposure yang
diukur dengan outcome (OR setelah
penyesuaian). Nilai OR merupakan perbandingan odd untuk mencapai LDL < 100
mg/dL)
1.
Pasien dengan
diagnosis awal CAD lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL (OR 1,86;
CI 95% 1,50-2,3; p = 0,0001), dan signifikan secara statistik. Hubungan ini
cukup kuat.
2.
Pasien dengan
diagnosis awal CVA lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL (OR 2,12;
CI 95% 1,19-3,80; p 0,01), dan signifikan secara statistik. Hubungan ini cukup
kuat.
3.
Pasien dengan
diagnosis awal CHF lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL (OR 9,97;
CI 95% 4,29-23,16; p = 0,0001) lebih mudah mencapai kadar LDL < 100 mg/dL,
dan signifikan secara statistik. Hubungan ini cukup kuat.
4.
Tidak terdapat
perbedaan pencapaian goal LDL pada pada pasien on statin saat baseline dengan yang tidak on statin saat baseline (OR 1,66; CI 95% 0,82-3,33; p = 0,16)
(tidak signifikan secara statistik).
5.
Pasien yang lebih
tua juga memiliki kesempatan yang sedikit lebih tinggi untuk mencapai LDL
target (OR 1,02; CI 95% 1,01-1,03; P 0,0001). Hubungan ini tidak cukup kuat.
6.
BMI yang lebih
rendah menyebabkan peningkatan kemungkinan
pencapaian LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara statistik (OR
1,01; CI 95% 0,99-1,04; p = 0,26)
7.
Adanya neuropathy menyebabkan
kecenderungan untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi nilai ini tidak
signifikan secara statistik. (OR 0,31; CI 95% 0,09-1,15; p = 0,08)
8.
Dieting at baseline menyebabkan
kecenderungan untuk mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (OR 1,40; CI 95% 0,60-3,28; p = 0,43)
9.
Adanya rujukan ke dietician sebelumnya menyebabkan
kecenderungan untuk mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (OR 1,36; CI 95% 0,56-3,32; p = 0,50)
10.
Adanya pre-existing psychiatric disease berhubungan
dengan penurunan odds untuk mencapai
LDL < 100 mg/dL, namun tidak signifikam secara statistik (OR 0,64; CI 95%
0,34-1,21; p = 0,17)
11.
Adanya depression menyebabkan kecenderungan
untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (OR 0,72; CI 95% 0,33-1,58; p = 0,42
12.
Adanya PTSD menyebabkan
kecenderungan untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan
secara statistik (OR 0,33; CI 95% 0,08-1,37; p = 0,13).
13.
Riwayat efek
samping statin, dalam hal ini mialgia, terdapat insiden mialgia yang lebih
besar pada pasien yang mencapai LDL < 100 mg/dL. (OR 0,65; CI 95% 0,25-1,73;
p = 0,39). Akan tetapi hasil ini tidak signifikan secara statistik.
14.
Pasien yang decline statin pada waktu tertentu
selama percobaan RCT, kecenderungan untuk mencapai goal LDL menjadi lebih
rendah (OR 0,25; CI 95% 0,19-0,23; P 0,0001). Hubungan ini cukup kuat.
15.
Adanya case
management pada pasien juga meningkatkan pencapaian goal LDL (OR 2,064; CI 95%
2,063-2,065; p= 0,0001). Hubungan ini cukup kuat.
(Result p. 668; Discussion, p. 666-669).
d. Are the results
adjusted for confounding, and might confounding still explain the association?
Ya. Pada penelitian ini disebutkan dilakukan adjustment pada karakteristik
baseline yang berbeda signifikan. Adjustment dilakukan melalui multivariable logistic regression yang
memasukkan semua perbedaan baseline yang signifikan digunakan untuk
mengestimasi adjusted odds ratios (Research
Design and Method - Statistical
Method, p.666).
Setelah dilakukan adjustment, ternyata beberapa confounding factor masih menunjukkan hubungan dengan penyebab
pencapaian LDL < 100 mg/dL, seperti congestiv heart failure (CHV) dan decline statin selama pengujian RCT (pada penelitian
sebelumnya) (Result, P667-668).
e. Has adjustment made
a big difference to the OR?
Can’t Tell. Tidak diberikan data mengenai OR sebelum adjustment maupun
setelah adjustment. Pada penelitian ini data OR merupakan data setelah
adjustment. Tetapi nilai p merupakan nilai sebelum adjustment untuk membuat
perbandingan dalam analisis sekunder ini (Research
Design and Method-Statistical Method, p. 666). Jika dilihat berdasarkan tabel
2 (Result, P. 668), Nilai P dan
nilai CI 95% dari parameter OR memberikan keputusan statistik yang sama,
sehingga terdapat kemungkinan tidak memberikan perbedaan yang besar pada nilai
OR. Akan tetapi, untuk memastikann bahwa adjustment dapat memberikan perbedaan
atau tidak pada OR, perlu dilakukan perhitungan OR sebelum dan sesudah
adjustment.
(B) What are the results?
8.
How precise are the
results? How precise is the estimate of risk?
HINT:
Consider
a.
Size of the P-value
Untuk analisis
pengaruh faktor risiko terhadap pencapaian kadar LDL < 100 mg/dL, digunakan
nilai p value sebelum adjustment. Nilai p value untuk melihat
hubungan masing-masing parameter exposure dengan outcome (pencapaian LDL <
100 mg/dL) dirangkum sebagai berikut.
1.
Pasien dengan
diagnosis awal CAD lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL dan signifikan secara statistic (p = 0,0001).
2.
Pasien dengan
diagnosis awal CVA lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL, dan
signifikan secara statistic (p = 0,01).
3.
Pasien dengan
diagnosis awal CHF lebih cenderung untuk mencapai LDL lebih mudah mencapai kadar LDL < 100
mg/dL, dan signifikan secara statistik (p
=0,0001).
4.
Tidak terdapat
perbedaan pencapaian goal LDL pada pada pasien on statin saat baseline dengan yang tidak on statin saat baseline (p =
0,16).
5.
Pasien yang lebih
tua juga memiliki kesempatan yang sedikit lebih tinggi untuk mencapai goal LDL (p = 0,0001).
6.
BMI yang lebih
rendah menyebabkan peningkatan kemungkinan pencapaian LDL < 100 mg/dL,
tetapi tidak signifikan secara statistik (p
= 0,26).
7.
Adanya neuropathy
menyebabkan kecenderungan untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi nilai
ini tidak signifikan secara statistik (p
= 0,08).
8.
Dieting at baseline menyebabkan
kecenderungan untuk mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (p = 0,43).
9.
Adanya rujukan ke dietician sebelumnya menyebabkan
kecenderungan untuk mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (p = 0,50).
10.
Adanya pre-existing psychiatric disease tidak
menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam mencapai LDL < 100 mg/dL (p = 0,17).
11.
Adanya depression menyebabkan kecenderungan
untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak signifikan secara
statistik (p = 0,42).
12.
Adanya PTSD
menyebabkan kecenderungan untuk tidak mencapai LDL < 100 mg/dL, tetapi tidak
signifikan secara statistik (p = 0,13).
13.
Riwayat efek
samping statin, dalam hal ini mialgia, terdapat insiden mialgia yang lebih
besar pada pasien yang mencapai LDL < 100 mg/dL. Akan tetapi hasil ini tidak
signifikan secara statistic (p = 0,39).
14.
Pasien yang decline statin pada waktu tertentu
selama percobaan RCT, kecenderungan untuk mencapai goal LDL menjadi lebih
rendah dan signifikan secara statistik (p
= 0,0001).
15.
Adanya case management pada pasien juga
meningkatkan pencapaian goal LDL (p =
0,0001)
(Result p. 668)
b. Size of the
confidence intervals CI
Pada penilaian size CI untuk menilai presisi suatu
penelitian maka kita harus melihat lebar sempitnya range CI. Semakin lebar rentang CI
95%, maka presisi semakin buruk. Sementara, semakin
sempit rentang nilai CI 95%, maka presisi semakin baik.7 Untuk
mengetahui kepercayaan terhadap hasil, dilihat, apakah nilai CI 95% untuk
parameter OR menyentuh angka 1 atau tidak.
Beberapa presisi
pada penelitian ini terlihat memiliki variasi
yang cukup besar (presisi yang tidak terlalu baik) dilihat dari rentang CI yang
lebar. Untuk analisa usia, decline statin, serta case management masih dapat dilihat
rentang CI cukup sempit sehingga dapat dikatakan presisi cukup baik untuk hasil
tersebut.
Beberapa CI 95%
juga menunjukkan rentang yang lebar (presisi tidak baik), seperti pada analisa coronary artery disease, cerebrovascular accident,
congestive heart failure. Analisa BMI, PTSD, psychiatric disease rentang CI cukup sempit, namun nilai CI
melewati 1, sehingga hasilnya tidak dapat dipercaya. Parameter lain yang dinilai
kurang dapat dipercaya karena melewati nilai OR 1 antara lain on a statin, neuropathy, dieting at
baseline, rujukan ke dietician sebelumnya, depression, serta riwayat efek samping
penggunaan statin
(Result, p. 668).
c. Have the authors
considered all the important variables?
No. Tidak semua
variabel penting diperhatikan pada penelitian ini terlihat dari adanya beberapa confounding yang tidak
diperhatikan, seperti yang dijelaskan pada soal nomer 6 (jenis kelamin, provider
kesehatan, kepatuhan, status social, physical
Fungtion berpengaruh terhadap kadar LDL. Orang dengan physical fungtion, pengaruh obat antihiperlipin non statin).
d. How was the effect
of subjects refusing to participate evaluated?
Tidak dijelaskan mengenai ada subjek yang
menolak untuk berpartisipasi. Namun dapat diduga tidak ada subjek yang menolak
berpartisipasi karena yang digunakan adalah
semua data sekunder
yang sudah terkumpul pada penelitian
RCT.
9.
Do you believe the results?
No
HINT:
Consider
a.
Big effect is hard
to ignore!
Besar atau kecilnya
efek dari suatu penelitian
ditunjukkan dari nilai mutlak OR. Apabila OR mendekati
1 maka berarti efeknya kecil, sementara apabila OR semakin menjauhi 1 efeknya besar dan sulit
untuk di tolak.7 Efek yang
tergolong besar ialah efek adanya coronary
artery disease, cerebrovascular accident, congestive heart failure, on statin,
neuropathy, dieting at baseline, rujukan ke dietician sebelumnya, psychiatric disease, depression, PTSD, riwayat efek samping
statin, declined statin, dan case management. Efek yang tergolong
kecil ialah efek usia dan BMI. Efek terbesar dapat dilihat pada nilai OR= 9,97 (pasien
dengan congestive heart failure).
b. Can it be due to
chance, bias or confounding?
Ya. Terdapat
berbagai efek exposure yang dilihat
pengaruhnya terhadap pencapaian goal LDL < 100 mg/dL pada penelitian case control ini. Hasil penelitian ini
masih dapat diakibatkan oleh bias. Hal ini mengingat dalam pengumpulan data,
misalnya, tidak digunakan metode pengukuran data yang valid. Adanya penilaian
exposure melalui penggunaan kuesioner untuk parameter seperti coronary artery disease, history of stroke,
peripheral vascular disease dan neuropathy, menyebabkan kemungkinan pasien
tidak secara pasti mengingat riwayat tersebut. Akan lebih baik jika hasilnya
didapat melalui rekam medik atau data base yang tercatat (Research Design and Method -Data collection, p. 665).
Jumlah sampel yang
terlalu kecil untuk pasien yang mengalami depresi akibat perekrutan studi RCT
yang mengeksklusi pasien dengan kondisi kesehatan mental yang parah juga dapat
menyebabkan hasil penelitian ini juga menjadi tidak sesuai (terutama untuk
hasil penelitian yang melihat pengaruh adanya depresi terhadap pencapaian goal
LDL). Meskipun kemungkinan dapat menyebabkan perbedaan, tetapi karena jumlah
sampel yang terlalu kecil menyebabkan perbedaan tersebut tidak signifikan (Discussion, p. 668).
Selain itu adanya
confounding yang disebutkan seperti, (jenis kelamin, provider kesehatan,
kepatuhan, status social, physical fungtion
berpengaruh terhadap kadar LDL. Orang dengan Physical fungtion, pengaruh obat antihiperlipin non statin, yang
tidak diperhatikan oleh peneliti, dapat menyebabkan hasil penelitian ini tidak
dapat dipercaya atau hasilnya dapat disebabkan oleh adanya confounding factor tersebut.
c. Are the design and
methods of this study sufficiently flawed to make the results unreliable?
Ya. Meskipun metode yang digunakan sudah sesuai, tetapi masih ada
kemungkinan hasil yang diperoleh bias. Hal ini disebabkan adanya bias pada
pengukuran exposure menggunakan kuisioner, sehingga ada kemungkinan terjadi
bias saat pengukuran exposure tersebut. Selain itu karena adanya confounding
factor seperti yang dijelaskan sebelumnya.
d. Consider Bradford
Hills criteria (e.g. time sequence, dose-response gradient, strength,
biological plausibility)
Time sequence
Terdapat konsistensi studi ini ketika dilakukan pada orang, tempat, kondisi dan waktu yang berbeda.
1.
Terdapat konsistensi hasil studi pada penilaian adanya pengaruh exposure adanya pre-exiting CAD terhadap
pencapaian LDL < 100 mg/dL. Pada penelitian yang dilakukan Gao et al. terbukti pasien dengan CAD lebih mampu mencapai goal LDL
dibandingkan pasien tanpa CAD (OR 4,28; CI 95% 2,05-8,94; p< 0,0001).8
Hal yang sama
terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Kauffman, di Kaiser Permanente Colorado
healthcare system.
Berdasarkan hasil studi tersebut, terbukti orang dengan CAD lebih mampu untuk
mencapai goal LDL dibandingkan orang tanpa CAD.9 Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian pada case control
ini.
2.
Pada exposure berupa BMI,
berdasarkan penelitian yang dilakukan di China oleh Gao et al. pasien dengan BMI yang lebih tinggi cenderung gagal untuk
mencapai goal LDL.8 Namun pada penelitian case control ini, BMI tidak memberikan pengaruh terhadap pencapaian
goal LDL, sehingga tidak terdapat konsistensi penelitian dalam hal exposure
BMI.
3.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Allen et
al, pasien CHD yang menerima nurse
case management secara signifikan mampu mencapai LDL goal 100 mg/dL
dibandingkan kelompok yang tidak menerima case management (65% vs 35%, P =0,0001).10 Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian pada case control ini yang menyatakan bahwa adanya case management pada pasien mampu
meningkatkan pencapaian goal LDL (p = 0,0001).
Dose-response
gradient
Pada artikel case control ini
tidak dijelaskan adanya faktor dose-response gradient serta efeknya terhadap
nilai OR, sehingga kriteria ini tidak dapat ditentukan. Hubungan yang terkait dengan dose-response gradient, misalnya pada
pengaruh parameter risk berupa on statin. Pada penelitian ini tidak dijelaskan
dosis statin yang digunakan. Nilai BMI juga tidak dibuat rentang tertentu
sehingga tidak diketahui hubungan antara nilai BMI tertentu dengan respon
pencapaian goal LDL.
Strength
Terdapat
6 nilai OR yang signifikan yaitu adanya CAD (OR 1,86; CI 95% 1,50-2,3; p= 0,0001), CVA (OR 2,12; CI 95% 1,19-3,80; p = 0,01), CHF (OR 9,97; CI 95% 4,29-23,16; p = 0,0001), usia (OR 1,02; CI 95% 1,01-1,03; p = 0,0001), declined statin
(OR 0,25; CI 95% 0,19-0,23;
p = 0,0001), dan case management (OR 2,064; CI 95% 2,063-2,065; p =
0,0001) (Result p. 668; Discussion, p.
666-669). Dari
keenam nilai OR tersebut, kita bisa membandingkan bahwa asosiasi yang lebih
kuat untuk membuat pasien mencapai LDL < 100 mg/dL adalah adanya diagnosis
awal CHF (OR yang lebih besar).
Biological
plausibility
Terdapat
hubungan antara beberapa variable exposure terhadap pencapaian goal LDL <
100 mg/dL apabila dihubungkan dengan penjelasan biologis yang ada saat ini.
Pasien yang declined statin menyebabkan
kecenderungan untuk tidak mencapai goal LDL (OR 0,25; CI 95% 0,19-0,23; P 0,0001). Senyawa golongan statin merupakan
analog dari HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-koenzim A. HMG-CoA reduktase memediasi
langkah pertama dalam biosintesis sterol. Bentuk aktif dari inhibitor reduktase
adalah analog struktural dari HMG-CoA intermediet yang dibentuk oleh HMG-CoA
reduktase dalam sintesis mevalonate. Analog ini menyebabkan penghambatan
parsial enzim dan dengan demikian dapat mengganggu sintesis isoprenoid seperti
ubiquinone dan dolichol dan prenilasi protein. Hal ini tidak diketahui apakah
ini memiliki kemaknaan secara biologis. Namun, inhibitor reduktase jelas mengindusi
peningkatan high-affinity LDL receptors. Efek ini meningkatkan kecepatan fraksional
katabolisme LDL dan ekstraksi hati dari prekursor LDL (VLDL remnants) dari
darah, sehingga mengurangi kadar LDL.11 Dengan tidak adanya statin,
maka secara tidak langsung dapat menyebabkan katabolisme LDL terhambat dan
penurunan kadar LDL tidak tercapai.
Berdasarkan penjelasan di atas, secara Bardford Hills Criteria
hasil penelitian ini kurang menunjukkan hubungan causation (sebab-akibat).
(C) Will the results help locally?
10. Can the results be applied to the local population? No
HINT: Consider whether
a. The subjects
covered in the study could be sufficiently different from your population to
cause concern
No. Subjek pada
populasi ini tidak dapat mewakili populasi yang ada di Indonesia. Populasi yang
digunakan pada penelitian ini sebagian besar merupakan veteran laki-laki dengan
ras Caucasian. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pencapaian goal LDL
pada ras yang berbeda.12 Akan tetapi, penelitian ini hanya
melibatkan pasien laki-laki, sehingga untuk diterapkan di populasi keseluruhan
(laki-laki dan wanita) juga tidak bisa dilakuakan. Faktor gender juga dapat
mempengaruhi pencapaian goal LDL. Perempuan cenderung kurang dapat untuk
mencapai goal LDL dibandingkan laki-laki (73% vs 83%, P < 0,001).3
b. Your local setting
is likely to differ much from that of the study
Yes/No. Pemilihan
kasus ini langsung dilakukan dengan mengambil subyek pada penelitian RCT
sebelumnya. Jika dikaitkan dengan local setting,
penelitian ini dapat diaplikasikan di
Indonesia, pencapaian LDL masih dibutuhkan oleh pasien di Indonesia.
Berdasarkan data riskesdas 2013, pada penduduk >15 tahun diketahui bahwa
penduduk dengan LDL tidak optimal dengan kategori gabungan near
optimal-borderline tinggi sebanyak 60,3 persen dan kategori tinggi-sangat
tinggi 15,9 persen. Sehingga pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terdap pencapaian goal terapi LDL perlu dicermati untuk dapat
mengatasi masalah hiperlipidemia di Indonesia.
Berdasarkan data
riskesdas (2013), prevalensi jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah
didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala sebesar 0,3 persen.13 Ini menunjukkan kejadian
jantung koroner maupun gagal jantung cukup tinggi di Indonesia. Adanya CAD,
CVA, CHF berpengaruh terhadap pencapaian goal LDL, dimana pencapaian goal LDL
lebih banyak dicapai pada pasien degan CAD, CVA, dan CHF. Hal ini bukan
dimaksudkan untuk diterapkan, karena tidak mungkin untuk membuat seseorang
mencapai goal LDL dengan cara membuat pasien mengalami kondisi-kondisi
berbahaya seperti CAD, CVA, dan CHF.
Faktor usia juga
bukan merupakan faktor yang dapat dimodifikasi, tetapi pada usia yang lebih
tua, goal LDL lebih cenderung dapat dicapai. Kasus declined statin di Indonesia
juga sering terjadi. Dengan diketahuinya pengaruh declined statin, dapat dijadikan pertimbangan agar pasien tetap mengkonsumsi
statin untuk dapat mencapai goal terapinya, tetntu saja dengan mempertimbangkan
efektivitas dan keamanan obat golongan statin tersebut, mengingat kejadian
mialgia terjadi akibat penggunaan statin.
Kegiatan case management oleh nurse di Indonesia
sudah sering dilakukan. Kegiatan ini mungkin saja dilakukan mengingat jumlah
tenaga nurse atau perawat banyak di Indonesia. Hanya diperlukan suatu protocol
yang harus dipatuhi sehingga mampu memberikan hasil optimal dalam pencapaian
LDL.
c. Can you quantify the
local benefits and harms? No
-
Keuntungan
dari adanya CAD, CVA, CHF dalam membantu pencapaian goal LDL lebih ditujukan
pada pasien-pasien yang mengalami kondisi tersebut. Selain itu di Indonesia, kasus CAD, CVA, CHF
masih sering terjadi. Tetapi tidak etis apabila
benefit berupa penurunanan LDL harus mengalami risiko berupa penyakit di atas.
-
Apabila
dilihat dari variable usia, penduduk Indonesia memiliki angka penduduk usia tua
yang tinggi. Berdasarkan penelitian ini, pada pasien dengan usia yang lebih tua,
lebih mampu untuk mencapai goal LDL. Akan tetapi variable usia ini tidak dapat
dimodifikasi sehingga tidak dapat kita bandingkan risk and benefitnya.
-
declined statin merugikan.
Adanya declined statin harus dilihat terlebih dahulu alasan dilakukannya declined statin. Meskipun ini memberikan
dampak merugikan terhadap pencapaian goal LDL, harus dikaji kembali alasan declined statin tersebut. Karena adanya
declined statin dapat disebabkan adanya efek samping dari penggunaan statin
seperti mialgia. Selain itu terdapat juga dampak lain seperti rhabdomyolysis.
-
case management menguntungkan
Case management memberikan dampak
positif terhadap pencapaian goal LDL, tetapi perlu dilakukan pembuatan protocol
yang sesuai dan dijalankan dengan baik, selain itu perlu dikaji kembali
efektiitas case management ini, terkait dengan perbandingan cost dan
benefitnya.
11. Do the results of this study fit with other available evidence? No
HINT:
Consider all the available evidence from RCT’s, systematic reviews, cohort
studies and case-control studies as well for consistency.
Dari penelusuran literature yang dilakukan, terdapat beberapa penelitian
yang melihat pengaruh beberapa variable yang sama dengan penelitian pada case control ini. Tetapi ada juga
beberapa variable yang belum ditemukan studinya.
a.
Pasien dengan
diagnosis awal CAD lebih cenderung untuk mencapai LDL < 100 mg/dL (Yes)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kauffman, et al, di Kaiser Permanente Colorado healthcare
system, orang dengan CAD lebih mampu untuk mencapai goal LDL dibandingkan
orang tanpa CAD.9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di China
oleh Gao et al. juga terbukti pasien
dengan CAD lebih mampu mencapai goal LDL diabndingkan pasien tanpa CAD (OR
4,28; CI 95% 2,05-8,94; p< 0,0001).8
b.
Pasien yang lebih
tua juga memiliki kesempatan yang sedikit lebih tinggi untuk mencapai LDL
target (P 0,0001). Can’t tell
Berdasarkan penelitian Munawar et
al., usia < 40 lebih mampu untuk mencapai goal LDL < 100 mg/dL
dibandingkan usia lainnya (p = 0,012). Pada studi ini hanya dijelaskan bahwa
pada pasien yang lebih tua, lebih mampu untuk mencapai goal LDL sehingga tidak
dapat dibandingkan dengan studi ini.14
c.
BMI yang lebih
rendah menyebabkan peningkatan
kemungkinan pencapaian LDL < 100 mg/dL. No
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan di China oleh Gao et al., pasien dengan BMI yang
lebih tinggi cenderung gagal untuk mencapai goal LDL.8 Namun pada
penelitian case control ini, BMI tidak memberikan pengaruh terhadap pencapaian
goal LDL.
d.
Pasien yang declined statin pada waktu tertentu
selama percobaan RCT, kecenderungan untuk mencapai goal LDL menjadi lebih
rendah. Yes.
Penelitian yang mirip dengan penelitian untuk mengetahui pengaruh
kepatuhan (adherence) menggunakan
statin terhadap pencapaian goal LDL. Nilai kepatuhan dilihat dari skor MPR
(merupakan persentase hari yang mana obat digunakan oleh pasien). Pasien yang
mempunyai skor MPR yang lebih tinggi pada pasien yang mampu mencapai goal LDL
dibandingkan pasien yang tidak mencapai goal LDL (0.82 vs. 0.61, P < 0.05)4
e.
Adanya case management pada pasien juga meningkatkan
pencapaian goal LDL (p 0,0001) Yes
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Allen et al, pasien CHD yang menerima nurse
case management secara signifikan mampu mencapai LDL goal 100 mg/dL
dibandingkan kelompok yang tidak menerima case management (65% vs
35%, P =0,0001).10
Kesimpulan Akhir:
Berdasarkan penilaian kritis terhadap artikel case control ini, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian case control ini masih tidak sepenuhnya
diterima. Hasil penelitian ini juga belum dapat diterapkan sebagai rekomendasi
untuk intervensi faktor-faktor di atas dalam pencapaian goal LDL < 100
mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ishani A, Greer N,
Taylor BC, et al. Effect of nurse case management compared with usual care on
controlling cardiovascular risk factors in patients with diabetes: a randomized
control trial. Diabetes Care.
2011: 34(8):1689-1694.
2. Dipiro,
J.T., R.L Talbert, G.C. Yee, B.G. Wells dan L. M. Posey. Pharmacotherapy:
A Pathophysiologic Approach. 7th Edition.
United Stated on America: McGraw-Hill Companies Inc. 2008.
3. Karalis, D.G.,
Subramanya, R.D., Hessen, S.E., et al. Achieving Optimal Lipid Goals in
Patients With Coronary Artery Disease. The American Journal of Cardiology.107(6). 886–90
4. Parris,
E. S., Lawrence, D. B., Mohn, L. A., & Long, L. B. Adherence to Statin
Therapy and LDL Cholesterol Goal Attainment by Patients With Diabetes and
Dyslipidemia. Diabetes Care,
2005. 28(3), 595–599.
5. Martin, S.S.,
Gosch, K. Kulkarni, K.R., et al. Modifiable Factors Associated with Failure to
Attain LDL Cholesterol Goal at 6-Months after Acute Myocardial Infarction. Am Heart J Am Heart J. 2013. 165(1): 26-33.
6. Foody, J.M., Toth, P.P., Tomassini,
J.E. Changes in LDL-C levels and goal attainment associated with
addition of ezetimibe to simvastatin , atorvastatin , or rosuvastatin compared
with titrating statin monotherapy. 2013. 9: 719–727.
7. Trisha Greenhalgh. How
to Read a Paper The Basic of Evidance-Based Medicine. Wiley Blackwell BMJ Book.
2014.
8. Gao, F., Zhou, Y. J., Hu, D. Y., et al. Contemporary management and attainment of cholesterol
targets for patients with dyslipidemia in China. PloS One. 2013. 8(4).
9. Kauffman, A. B., Olson, K. L., Youngblood, M. L., Zadvorny,
E. B., Delate, T., & Merenich, J. A. Attainment of low-density lipoprotein
cholesterol goals in coronary artery disease. Journal of Clinical Lipidology. 2010. 4(3), 173–80.
10. Allen,
J. K., Blumenthal, R. S., Margolis, S., Young, D. R., Miller, E. R., &
Kelly, K. Nurse case management of hypercholesterolemia in patients with
coronary heart disease: Results of a randomized clinical trial. American Heart Journal. 2002. 144(4),
678–686.
11. Katzung, B.E. Basic
and Clinical Pharmacology 11th Edition. San Fransisco: The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar